Minggu, 14 April 2019

LOLOS SELEKSI.


LOLOS SELEKSI.



   Entah kenapa pagi itu, sebelum berangkat ke sekolah aku memasukan sepatu sepak bola ke dalam tasku. Sebenarnya bukan tanpa alasan aku memasukan sepatu bolaku ke dalam tas, alasana pertamaku yaitu, karena hari itu juga hari di mana ada jadwal pelajaran olahraga. Kalau untuk alasan ada pelajaran olahraga, mungkin kurang cocok. Karena pelajaran olahraga enggak selalu bermain sepak bola, bisa saja bermain voli, bulu tangkis atau senam. Terus alasan yang kedua ini, yang sebenarnya masuk akal, yaitu kemarin sebelum jam pulang sekolah, ketua kelas mengumumkan bahwa besok akan ada seleksi pemain sepak bola. Untuk mewakili tim sekolah diajang liga pelajar se-kota tingkat SMP sederajat.

   Aku yang sebenarnya sedikit ragu dengan cara bermain sepak bolaku, tidak begitu yakin akan ikut seleksi. Tapi entah kenapa pagi itu, tanpa ada persiapan sebelumnya, aku begitu yakin pagi itu untuk ikut seleksi.

   Sesampainya aku di sekolah, aku tidak memberi tahu teman-temanku. Dan saat jam pelajarana olahraga, baru aku mengeluarkan sepatu bolaku dan memberi tahu kepada teman-temanku, bahwa aku juga akan ikut seleksi juga.

   Setelah sampai di lapangan desa Sogaten, lapangan sepak bola yang deket dengan sekolahanku. Aku langsung memakai sepatu, lalu berbaris bersama teman-teman lainya untuk mengikuti arahan dari guru olahraga.

   Saat pembagian tim, aku berada di tim A. Tanpa ada kordinasi, semua memilih tempatnya masing-masing dengan sesuka hati. Karena seleksinya diikuti seluruh siswa se-SMP, maka aku banyak juga yang belum kenal dengan teman satu timku itu.
Awalnya aku bingung, mau memilih berada di posisi mana, setelah melihat-lihat akhirnya aku memilih posisi penyerang sayap kiri. Setelah semuanya siap, dan guru olahraga melihat kondisi tim A dan tim B, akhirnya pertandingan seleksipun di mulai.

   Aku sering teriak kepada teman-temanku satu tim bahwa posisiku kosong tidak dikawal oleh pemain lawan. “Woy-woy, kosong, kosong.” Teriakanku kencang dengan mengacungkan tangan untuk memberi tahu posisiku yang tanpa pengawlan dari tim lawan itu kepada teman setimku yang menggiring bola.

   Ketika aku mendapatkan bola dari operan temanku, aku mencoba menggiring bolanya ke arah gawang lawan. Ketika aku mengirm umpan ke depan gawang, ternyata tidak tepat sasaran kepada teman setimku.

   Karena tidak tepat sasaran, tim lawan mencoba membangun serangannya, aku yang tidak ingin kalah. Akhirnya aku terpaksa membantu pertahanku, ketika aku berebut bola dengan tim B, dan kebetulan yang kurebut bolanya adalah teman sekelasku.

   Ketika saling berebut bola, dan saling adu kecepatan lari. Aku sedikit kalah dengannya, tapi aku berhasil menghalanginya untuk memberikan umpan kepada temannya. Saat bola berhasil kurebut darinya, dan mencoba mengiring bola. Aku mendapat pressing ketat oleh orang yang kurebut bolanya tadi yaitu temanku sekelas.

   Saat aku menguasai bolanya, dia mencoba merebutnya dengan cara sedikit mendorong-dorongku. Saat aku ajak dia berlari, aku yang sedikit kecil darinya, dia mendorongku dan aku terjatuh. Saat aku jatuh, aku tidak berpura-pura sakit seperti pemain-pemain bintang di Eropa yang kesenggol sedikit jatuh, dan protes kepada wasit.

   Beda dengan diriku, aku langsung bangkit dan mengejar lawan yang berhasil mengambil bola dariku. Usahaku akhirnya tidak sia-sia, aku berhasil merebutnya kembali dan langsung ke passing ke temanku yang lainnya.

   Tak terasa, tiba-tiba guru olahraga meniup peluit berakhirnya pertandingan seleksi. Dan disuruhnya seluruh pemain seleksi duduk berbaris dua dihadapannya. Setelah semua berkumpul, aku tidak tahu jika yang akan lolos dan mewakili tim sepak bola SMP diumumkan hari itu juga setelah selesai pertandingan.

   Aku yang sedikit dag-dig-dug detak jantungku karena sedikit lelah, mencoba mendengarkan siapa saja yang akan lolos selanjutnya. Ketika satu persatu nama disebutkan, aku biasa saja. Ketika jumlahnya sudah lebih dari 15 orang dan tinggal satu nama lagi, aku tidak berharap lebih. Tapi entah kenapa aku seperti beruntung, ketika aku jatuh tadi dan mencoba merebut bolanya lagi dan berhasil merbutnya. Guru olahraga merasa aku mempunyai semangat lebih, dan nama terakhir yang lolos dan akan mewakili tim SMP adalah aku, yaitu Agusta Permana.

   Aku yang sedikit terkujut, mengepresikan wjah datar dan sedikit senyuman ketika teman-teman yang lainnya menatapku. Dan yang sebenarnya aku sangat bergembira dan ingin berteriak mengatakan “Hore!!!”

Selepas Kau Pergi, novel karangan Pethit

    Kisah ini mencerita, Ika. Siswi SMA Cendana, yang sangat cantik, centil dan manja. Mempunyai kekasih yang sangat ganteng, namun sangat t...